Jakarta (30/5) – Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto minta Pemerintah lebih serius mengelola sektor migas agar keuangan negara tidak semakin tertekan karena meningkatnya impor yang mengakibatkan devisa terus melorot.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI dengan Dirjen Migas Kementerian ESDM, Rabu (29/5), Mulyanto mengingatkan tantangan sektor migas ke depan akan semakin sulit. Karena di tengah naiknya permintaan BBM domestik setiap tahun, lifting minyak malah melorot baik target, maupun realisasinya.
Sementara kapasitas kilang dalam negeri bukannya bertambah malah turun karena terjadinya kasus-kasus kebakaran kilang, sebagaimana insiden yang baru-baru ini ada di Bontang, Kalimantan Timur. Akibatnya impor BBM terus meningkat dan gap yang semakin lebar.
“Masak kita terus tergantung impor BBM dari negara tetangga Singapura. Hampir sebanyak 850 barel per hari (bph) impor BBM kita. Padahal Singapura adalah negara kecil yang tidak punya minyak,” ujar Mulyanto.
Selain itu, menurut Mulyanto, mimpi lifting minyak satu juta barel pada tahun 2030 ini hanya halusinasi, karena setiap tahun bukannya mendekat, jaraknya malah semakin jauh. “Ini seperti fatamorgana,” tegasnya.
“Penyebanya selain karena penurunan alamiah ladang-ladang minyak kita yang sudah semakin tua, investasi di sektor ini pun semakin seret.
Investor besar minyak kita banyak yang tidak melanjutkan investasi lagi, alias hengkang dari bisnis yang semakin memasuki senja kala, karena harus berkompetisi dengan energi hijau yang baru-terbarukan.
Pemerintah ke depan harus mencari solusi-solusi cerdas untuk mengatasi soal ini,” tegasnya.