Jakarta (5/2) – Tanpa temuan besar (giant discovery) blok minyak baru Pemerintah diperkirakan sulit memenuhi target produksi minyak 1 juta barel perhari (bph) di tahun 2025. Sebab tren produksi minyak dari sumur yang ada sekarang terus turun, meskipun target produksi sudah dikurangi.
Anggota Komisi VII DPR-RI dari FPKS, Mulyanto minta Pemerintah bekerjasama ekstra keras untuk mencari giant discovery blok baru yang sekiranya dapat dieksplorasi. Ini adalah hal penting yang harus segera dilaksanakan untuk mengantisipasi krisis minyak dalam negeri.
“Kalau melihat kinerja KKKS Migas yang ada sekarang, saya pesimistis target 1 juta bph bisa tercapai. Itu target yang cukup besar. Tidak bisa dicapai dengan cara business as usual,” tegas Mulyanto saat Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR-RI dengan Pimpinan PT. Pertamina, Selasa (4/2).
Mulyanto mengingatkan bahwa mulai Agustus 2021 akan dilakukan serah terima pengelolaan eksplorasi Blok Rokan dari Chevron Pasific Indonesia ke Pertamina. Blok Rokan adalah kawasan eksplorasi minyak terbesar kedua setelah Blok Cepu.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kata Mulyanto, pengelolaan blok lama terminasi yang diserahkelolakan kepada Pertamina tidak memperlihatkan kinerja yang menggembirakan. Selain karena secara alamiah cadangan minyak yang ada dalam sumur-sumur tua tersebut terus menurun, pengalaman Pertamina juga tidak terlalu memadai dalam mengelola sumur terminasi. Sehingga wajar jika tingkat produktifitas kilang lama terus turun.
Sampai hari ini saja Pertamina belum dapat melakukan pengeboran di blok Rokan. Padahal masa transisi pengelolaannya segera berakhir. Maka, di blok Rokan saja kita pesimis lifting minyaknya bisa dipertahankan.
“Karenanya secara nasional, Harus ada gebrakan serius dari strategi-strategi khusus pemerintah di sisi eksplorasi migas untuk mendapatkan giant discovery. Bila tidak target 1 juta bph di tahun 2025 hanya sekedar PHP (pemberi harapan palsu),” tegas Mulyanto.