PKS Minta BRIN Fokus Perbaiki Kinerja Inovasi

Jakarta (11/10) – Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto angkat bicara terkait turunnya peringkat Indonesia dalam laporan Global Innovation Index tahun 2021 (GII).

Saat ini Indonesia berada pada peringkat 87 dari 132 negara dengan nilai/skor yang terus merosot. Inovasi Indonesia dinilai lemah terutama pada aspek “kelembagaan” (peringkat ke-107).

“Soal peringkat inovasi ini, Indonesia jauh tertinggal dibanding Brunei (ranking 82), Filipina (ranking 51) dan Vietnam (ranking 44). Apalagi dibanding Thailand (ranking 43), Malaysia (ranking 36) dan Singapura (ranking 8).

Di Asean kita hanya berada di atas Laos (ranking 117) dan Kamboja (ranking 109). Peringkat yang bikin miris,” papar Mulyanto.

Karena itu Mulyanto minta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) fokus meningkatkan kinerja inovasi Indonesia melalui penataan lembaga dan pengembangan program yang komprehensif.

Pemerintah harus mau menarik pelajaranan dari peringkat GII tahun ini dan memperbaiki unsur-unsurnya, agar dapat memperbaiki sistem inovasi nasional ke depan.

“Jangan malah mengembangkan hal-hal yang aneh seperti penyelenggaraan atraksi laser GLOW di Kebun Raya atau menutup reaktor nuklir di Bandung.

Program seperti GLOW ini menunjukan minimnya inovasi kita, bahkan ditengarai akan merusak kebun raya yang merupakan warisan dari dua abad silam, yang kaya keragaman hayati. Jadi wajar saja bila diprotes Pak Emil Salim, Mantan Kepala LIPI Lukman Hakim dan para mantan kepala Kebun Raya Bogor,” ujar Sesmenristek era Presiden SBY ini.

“Hari ini adalah titik nadir bagi pembangunan kelembagaan Iptek. Sebab, kelembagaan Iptek porak-poranda bersama dengan dibubarkannya Kementerian Riset dan Teknologi; dibubarkannya BATAN, LAPAN, BPPT dan LIPI serta digabungkannya Balitbang Kementerian Teknis ke dalam BRIN.

Ditambah lagi adanya Dewan Pengarah dalam BRIN, yang secara ex-officio ketuanya berasal dari BPIP dengan kewenangan yang besar, termasuk membentuk satgas khusus,” lanjut Mulyanto.

Mulyanto menambahkan Penataan kembali kelembagaan Iptek nasional dan BRIN menjadi hal yang sangat krusial untuk mengejar kinerja inovasi Indonesia.

Jurnal sains terkenal Nature, dalam editorial tanggal 8/9/2021 menulis kekhawatiran intevensi politik dalam BRIN, sebagai lembaga baru terpusat (super agency) dengan reorganisasi yang ambisius, namun tidak jelas rencana kinerjanya.

Faktanya BRIN menjadi lembaga terpusat dengan fungsi campur-aduk, mulai dari fungsi: perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan; pengawasan dan evaluasi kebijakan baik di pusat maupun daerah (fungsi-fungsi ex Kemerinstek).

Selain itu BRIN melaksanakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan Iptek dari invensi sampai inovasi untuk seluruh bidang ilmu dari sains-teknologi sampai ilmu sosial-budaya-politik (fungsi-fungsi ex 4 LPNK dan 44 Balitbang Kementerian).

Bukan hanya itu, ditambah 2 fungsi lagi, yakni fungsi penyelenggaraan ketenaganukliran (fungsi ex BATAN); serta fungsi penyelenggaraan keantariksaan dan penerbangan (fungsi ex LAPAN).

Menurut Mulyanto, Konsolidasi kelembagaan Iptek tersebut adalah tantangan yang berat. Kalau kita tidak berhasil, maka dapat dipastikan kinerja inovasi Indonesia akan semakin melorot.

Sebagai informasi GII melakukan pemeringkatan entitas ekonomi dunia menurut kemampuan inovasi negara berdasarkan indicator yang dikelompokkan menjadi “input” dan “output” inovasi.

Total skor GII merupakan rata-rata antara indikator input dan output.

Total Views: 1442 ,
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Print

|| RILIS TERBARU

© Copyrights DR. H. Mulyanto, M.Eng