Serpong (1/5) – Salah satu kendala penanggulangan Covid 19 yang dihadapi Pemerintah Indonesia adalah keterbatasan jumlah reagen untuk melakukan tes metode PCR (polymerase chain reaction). Reagen merupakan larutan pendukung yang digunakan dalam tes PCR. Tanpa larutan ini, pengujian Corona tersebut tidak dapat dilakukan.
Selama ini reagen diperoleh melalui impor. Jumlah reagen ini sangat terbatas, karena jumlah negara yang memproduksinya juga sangat terbatas. Sementara negara yang membutuhkan sangat banyak.
Menghadapi kondisi tersebut anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto, minta Pemerintah melakukan percepatan upaya pengembangan reagen dalam negeri yang sudah dimulai beberapa waktu lalu.
Mulyanto minta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui LIPI dan BPPT memprioritaskan pengalokasian anggaran dan sumberdaya manusia untuk meneliti berbagai hal terkait upaya percepatan penanggulangan Covid 19, termasuk reagen ini.
Mulyanto menyayangkan jika kemampuan para peneliti kita dengan sarana lab canggih yang dimiliki tidak diarahkan pada pendekatan kebutuhan pasar (market pull), yang digerakan untuk memenuhi kebutuhan domestik dalam upaya substitusi impor.
“Lembaga litbangjirap (penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan) tidak boleh hanya berorientasi pada keingintahuan akademik yang produknya hanya paper ilmiah. Tetapi harus lebih konkret, yakni dapat mencari solusi bagi penyelesaian permasalahan strategis bangsa.
Jangan sebentar-bentar impor dari asing. Perlu ada kebanggaan dan kemampuan memproduksi barang teknologi secara mandiri,” tegas Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini.
Mulyanto yakin peneliti Indonesia dapat menemukan formula reagen yang tepat. Karena secara kompetensi dan kualifikasi peneliti Indonesia sudah banyak yang memadai. Yang diperlukan saat ini hanya fokus penelitian dan dukungan Pemerintah.
“Kalau pemerintah fokus mendorong, saya yakin BRIN bisa melakukan itu. Pesawat N-250 saja bisa dibuat dan diterbangkan oleh para insinyur kita,” tandas Mulyanto